Indonesia Bicara

Indonesia Bicara

Minggu, 29 Januari 2012

Catur Warsa Indonesia Bicara






Menyongsong 4 tahun eksistensi Indonesia Bicara 
~Catur Warsa Indonesia Bicara~
bersama madaisking.blogspot.com, mulai bulan Februari kami akan menjadwalkan Posting tiap pekan.

Rencananya setiap hari Selasa dan/atau Kamis akan ada postingan mengenai isu-isu budaya, sosial, nasional ataupun artikel-artikel terbaru. Pada weekend kami akan menjadwalkan postingan berupa sajian kuliner khas nusantara.

Selamat Menikmati "Indonesia Bicara" :)




Euforia "Visit Indonesia Year"

Setelah sukses mengusung Brand "VISIT INDONESIA YEAR 2008" , di pertengahan 2011 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (sekarang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) mulai mendongkrak kunjungan wisata domestik dan mancanegara dengan mengeluarkan tema baru yakni "WONDERFUL INDONESIA"


Inilah dia transformasi Brand Pariwisata Indonesia 2012, sekaligus sebagai jawaban Visi Indonesia Masa Depan, Visi Antara, dan Visi Indonesia 2025








Semenjak dilanuching VIY 2008, berbagai daerah di Indoneisa juga mulai menggalakkan visit daerahnya masing. Dimulai dari Jogja yang mempromosikan dirinya dengan brand "Jogja, Never Ending Asia" pada awal 2008, lalu berlanjut di Kota Samarinda "Visit Samarinda 2009". Di tahun 2010, deretan kota yang juga mengusung tahun kunjungan wisata adalah Solo "Solo, The Spirit of Java", Surabaya "Sparkling Surabaya", Bandung "Bandung, Everlasting Beauty" dan Batu "Kota Wisata Batu". Beralih ke tahun berikutnya diawalai oleh JawaTimur "Visit East Java 2011", Makassar "Makassar, Great Expectation", dan Padang "Padang, Your Motherland".

Di tahun 2012 ini, Pemerintah ingin menampakkan wajah Indonesia sebagai satu kesatuan budaya yang tak terpisahkan. Sehingga ketika wisatawan manca datang ke Indonesia, hanya satu kata yang terucap oleh mereka yakni "HEBAT !", ya benar "WONDERFUL INDONESIA"






























Di tahun 2013 nanti, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga akan memiliki gebrakan baru dengan melauching "Visit Jawa Tengah 2013". Mari kita tunggu promosi Wisata Nusantara selanjutnya !







Global Earth Hour 2012 | 60+




Tahun ini? EARTH HOUR diadakan pada tanggal 31 Maret 2012.

EARTH HOUR berawal dari kampanye kolaborasi antara WWF-Australia, Fairfax Media, dan Leo Burnett untuk kota Sydney, Australia, dengan tujuan mengurangi gas rumah kaca di kota tersebut sebanyak 5% pada tahun 2007. Keberhasilan kampanye ini diharapkan dapat diadopsi oleh masyarakat, komunitas, bisnis, serta pemerintah lain di seluruh dunia sehingga seluruh warga dunia dapat menunjukkan bahwa sebuah aksi individu yang sederhana sekalipun bila dilakukan secara massal akan membuat kehidupan kita di Bumi menjadi lebih baik.  

"INI AKSIKU, MANA AKSIMU?"

Tahun 2012 adalah tonggak pelaksanaan EARTH HOUR di Indonesia yang keempat. Berdasarkan kondisi konsumsi listrik di Indonesia yang masih memperlihatkan pola penggunaan yang boros, maka WWF-Indonesia berkomitmen untuk tetap mengusung kampanye ini hingga 2014 untuk membangun kesadartahuan sehingga publik Indonesia, terutama di kota-kota besar di Jawa - Bali, teredukasi dan terus diingatkan berpartisipasi lalu menindaklanjuti EARTH HOUR dengan perubahan gaya hidup lebih ramah lingkungan dalam jangka panjang.



Strategi EARTH HOUR Indonesia 2012 - 2014: "Setelah 1 Jam, Jadikan Gaya Hidup!" Agar mendapat pemahaman, partisipasi, dan mencapai perubahan gaya hidup yang diharapkan, WWF-Indonesia membuat strategi sebagai berikut :




Kegiatan ini akan difungsikan bersama pemerintah dan komunitas masyarakat di Jakarta dan 4 kota besar lainnya di wilayah Jawa-Bali (Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang) serta seluruh wilayah Bali. Sasaran aksi kali ini meliputi monumen - monument terkena di Jakarta dan gedung pemerintahan di Jakarta dan sekitarnya. Matikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak sedang dipakai pada Sabtu, 31 Maret 2012, pukul 20.30 - 21.30 (waktu setempat).

Amuspa Buketan, Saingi Etnika Nusa Tenggara


Setelah Pengusaha kondang Martha Tilaar mengeluarkan brand baru produk Sari Ayu yang bertajuk Etnika Nusa Tenggara di penghujung 2011 kemarin. Di awal tahun 2012 ini, Mustika Ratu kembali memperkenalkan tren warna terbarunya. Masih dengan kekayaan alam Indonesia, kali ini brand kosmetik lokal itu menghadirkan 'Amuspa Buketan'.


Etnika Nusa Tenggara merupakan brand khusus Sari Ayu yang mengangkat kebudayaan tata rias asli Timor dan Kupang sebagai trend warna 2012. Ide diilhami agar seluruh elemen masyarakat Indonesia dapat mengetahui dan memandang lebih dekat Indonesia seutuhnya. Dengan mengangkat khasanah kebudayaan NTT ini, diharapkan pemerintah dan masyarakat semakin peka agar tidak meninggalkan saudara-saudara kita di timur sana. 


Berbeda dengan BRA. Moeryati Soedibyo, owner Mustika Ratu, beliau mengadakan media gathering serta launching tren warna 2012 dengan mengusung tema Kembali Ke Jati Diri Bangsa. Acara yang digelar di restoran Palalada, Grand Indonesia, Jakarta itu dihadiri oleh brand ambassador 'Amuspa Buketan', Ayu Pratiwi --Puteri Indonesia Pariwisata 2009.

Amuspa Buketan merupakah bahasa Jawa yang memiliki arti tersendiri dalam tiap katanya. Amuspa berarti bunga yang dipuja dan Buket adalah rangkaian bunga. Jadi secara keseluruhan, tren warna mustika ratu 2012 tersebut mempunyai arti rangkaian bunga nan dipuja.

Tren warna ini terinspirasi dari warna-warna cantik yang lembut dan anggun ala wanita Indonesia, yang dianggap sebagai rangkaian bunga dalam batik Buketan. Dua bunga yang menjadi 'highlight' dalam tren Amuspa Buketan adalah anggrek dan mawar.


Jelas sudah, bahwa harapan untuk kembali ke jati diri Budaya Bangsa telah tergambar jelas melalui promosi fashion dan mode yang telah dibuktikan oleh Mpu-Mpu Rias Indonesia, Dr. Martha Tilaar dan BRA. Moeryati Soedibyo.


Pidato Bahasa Jawa 2

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bapak, Ibu Dewan Juri saha sedherek-sedherek ingkang kula kurmati.
Saderengipun mangga kita sareng ngaturaken puja-puji pudyastuti dhumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha kuwaos inggih punika Gusti Allah swt. Amargi kanthi linuberan rahmat saha hidayanipun kita sedaya saged pinanggihan wonten wekdal ingkang saeu menika kagem mengeti dinten Kamardikan Republik Indonesia ingkang kaping 63.
Para Rawuh ingkang minulyo,
Kita sedaya sampun mangertosi menawi Nagari Indonesia punika sampun saged sejajar utawi sami kaliyan Nagari maju sanesipun. Kathah sampun penghargaan utawi predikat ingkang dipun sandhang kaliyan Indonesia wonten tingkat Internasional. Ananging punapa saged Indonesia moncer kados sakmenika menawi mboten wonten pahlawan bangsa wonten warsa 1945? Menawi kados menika kita kedah instropeksi diri saha kedah nggadhah pambegan menapa ingkang sampun kita aturaken dhumateng bangsa kita.
Bapak, ibu Dewan juri saha sedherek-sedherek ingkang kula kurmati,
Wonten wekdal menika, wulan Agustus 2008, Indonesia sampun ganep yuswanipun ingkang kaping 63. Yuswa kados menika mboten sami kaliyan kahananipun Bangsa Indonesia luwih-luwih perjuwanganing pahlawan nagari. Taksih kathah warga masyarakat ingkang dereng ngraosaken gesang ingkang mulya wonten warsa menika. Ugi taksih kathah luwih saking setunggal ewu siswa/i Indonesia ingkang mboten nglajengaken sekolah amargi kiranging biaya saha inggilipun kebutuhan pokok luwih-luwih wonten kitha ageng kados to Kitha Malang menika. Punapa menika kamardikan hakiki ingkang sampun dipun sandhang Nagari Indonesia kurang luwih 63 warsa kepengker? Kahanan menika miturut pangemut kula amargi kiranging partisipasinipun warga masyarakat Indonesia. Pamerintah RI saged sae kinerjanipun saha lancar programipun menawi sedaya warga masyarakat nggadhah partisipasi ingkang ikhlas kagem nglaksanakaken program pembangunan menika saha maringi tanggung jawab marang pamerintah.
Para Rawuh ingkang kula kurmati,
Kangge ngisi kamardikan punika, kita minangka siswa/i Indonesia mangga sesarengan nggadhah rasa sosial dhumateng pepadha. Rasa sosial menika saged kita wujudaken kados:
  1. paring kinurmatan marang guru-guru , tiyang sepah, luwih-luwih pahlawan bangsa kita,
  2. sami nglestarekaken budaya utawi nilai-nilai tradisi bangsa ingkang kinakar saking budaya daerah, nggih kados basa Jawi menika,
  3. njagi kautuhaning persatuan saha kesatuan bangsa, lan sapanunggalanipun.
Menawi tiga menika minimal sampun ditindakaken kaliyan pemuda/pemudi Bangsa Indonesia, Insyaallah kamardikan bangsa ingkang mituhu saged dipun raosaken dening sedaya warga masyarakat Indonesia. Amargi sakmenika budaya globalisasi sampun kathah anjalarwonten jiwaning pemuda/pemudi Indonesia, mula budaya global ingkang negatif punika cepet sanget ngrisak moraling anak negeri. Ingkang penting sanget inggih punika kita kedah njagi persatuan kaliyan generasi muda sami wonten saindenging nuswantara saha mboten ambeda-bedakaken sedherek-sedherek kita supados Nagari Indonesia saged gemah ripah loh jinawi saha dados andakara wonten donya punika.
Sedherek-sedherek ingkang minulya,
Kula kinten sampun cekap ingkang saged kula aturaken. Kula ugi nyuwun gunging samudra pangaksami menawi wonten pitutur kula ingkang mboten sekeca wonten penggalihipun para rawuh sedaya. Kados parikan:
Ana temanten mangan srikaya,
Mangan kupat uga terasi,
Cekap semanten atur kawula,
Menawi sampun sanjang polisi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sabtu, 07 Januari 2012

Festival Keraton Nusantara VIII, 2012


Keraton Buton, Bau-Bau, Sulawesi Tenggara pada adiwarsa 2012 ini akan menjadi Tuan Rumah Festival Keraton Nusantara VII. Perhelatan Budaya yang diadakan setiap 2 tahun sekali ini mengangkat tema "Binci-binciki Kuli".

"Binci-binciki kuli" berarti masing-masing orang mencubit kulit tubuhnya sendiri dan pasti akan terasa sakit. Analoginya apabila kita merasa sakit mencubit kulit tubuh sendiri dan pasti akan terasa sakit pula bila mencubit kulit tubuh orang lain. Inilah yang saat ini tengah dialami bangsa kita saat ini. Konflik horizontal yang tak kunjung reda dan mengikis rasa persatuan.

Dalam FKN 2012, di mana Kota Baubau akan menjadi tuan rumah, mengangkat tema tersebut dengan kondisi beberapa wilayah negara kita yang nampak terjadinya gejolak. Dengan tema itu diharapkan adanya rasasaling menghargai dan menghormati dalam tenggang rasa.

Selain itu, dengan momentum kegiatan tersebut diharapkan bisa memberikan nilai harmonisasi antara budaya dengan negara serta merekatkan kembali nilai-nilai budaya di masa lalu terutama wilayah eks kesultanan Buton.

Untuk Kesultanan Buton sendiri, akan diikuti oleh Kabupaten Buton, Wakatobi, Buton Utara, Bombana serta Kabupaten Muna untuk membicarakan peran-peran pada FKN nanti, di mana keempat daerah itu sangat terkait dengan sejarah masa lalu Kesultanan Buton.


FKN VII sebelumnya diadakan di Kesultanan Palembang Darussalam, Sumatera Selatan.

Sebanyak 120 dari 152 keraton di seluruh Indonesia sudah memastikan diri menjadi peserta Festival Keraton Nusantara ke-8 tahun 2012 yang akan digelar di Baubau, Sulawesi Tenggara awal Juli 2012. 120 keraton kemudian mengirimkan surat konfirmasi kesediaan mengikut festival tersebut. 

Panitia daerah Kota Baubau saat ini tengah merampungkan sejumlah sarana dan prasana pendukung yang digunakan dalam kegiatan festival.

Sebelum perhelatan akbar ini para Raja dan Sultan se-Indonesia telah berkumpul di Keraton Kasepuhan Cirebon pada Juni 2011. Para Raja dan Sultan tersebut tergabung dalam Silaturahmi Nasional kedua Raja dan Sultan Nusantara yang diketuai oleh KRAT. Mas'ud Thoyib Adiningrat dengan Sekjend Raja Samu Samu VI Yang Mulia Upu Latu ML Denny Ahmad Samu Samu. Dalam Acara tersebut hadir pula Ketua Forum Silaturahmi Keraton Nusantara Ida Tjokorda Jambe Pamecutam.


Perhelatan akabar nasional ini diselenggarakan berkat kerjasama Forum Sitaruhmi Keraton Nusantara (FSKN), Asosiasi Kerajaan dan Kesultanan Indonesia (AKKI), Forum Komunikasi dan Informasi Keraton Nusantara (FKIKN) serta Silaturahmi Raja dan Sultan Nusantara.



Jumat, 06 Januari 2012

Jamu : Sebuah Filosofi dan Representasi Budaya

Tercipta dari sebuah karya rasa yang memiliki nilai kulinasi hebat, berasal dari formula dengan gubahan ramuan-ramuan khas nusantara, dan dinikmati dalam secangkir kehangatan Rasa Indonesia. Ya, itulah Jamu. Minuman khas nusantara ini telah dikenal sejak zaman Majapahit berdiri. Pada zaman Majapahit, jamu merupakan minuman kebesaran raja sekaligus menjadi trendsetter bagi para pembesar dan mitra kerajaan di luar Majapahit. Tradisi minum jamu ini dimulai dari Brawijaya ke III yang kemudian diteruskan oleh cucunya Brawijaya ke V. Di akhir periode Majapahit, Raden Fatah (Pendiri Kerajaan Demak Bintoro), penerus trah Brawijaya V, mulai mempomosikan jamu sebagai ilmu sekaligus tatanan sakral kehidupan keraton yang sampai saat ini masih ada dalam rangkuman Buku "Kawruh Jampi" di Jogjakarta dan Surakarta. Promosi ini membawa jamu tidak hanya dikenal sebagai minuman kebesaran raja saja, namun juga merambah ke kalangan masyarakat bawah. Pada era pra Majapahit, istilah pengobatan tradisional juga telah dikenal dan diilmiahkan oleh masyarakat kerajaan Mataram Kuno (772 M) dan ini tercermin dalam salah satu relief "husada" di Candi Borobudur. Ketika Belanda masuk ke Indonesia, berbagai observasi telah dilakukan ilmuwan-ilmuwan negeri kincir angin ini untuk membuktikan khasiat dari sebuah jamu. Tak disangka, hasil temuan-temuan tersebut membuktikan bahwa satu jenis ramuan jamu memiliki berbagai khasiat yang kompleks yakni telah memiliki antibiotik alami, stabilisator sistem pencernaan, dan yang paling penting adalah memiliki sifat memulihkan/mengobati kondisi tubuh yang kurang baik.


Siapa tak kenal dengan istilah "Jamu Gendong"? Dari namanya, kita sudah dapat membayangkan dengan sosok ibu-ibu mengenakan jarit dan kebaya disertai menggendong bakul berisi 6-8 botol-botol jamu. Diambil dari namanya "gendong" yang berasal dari bahasa jawa, tradisi ini meruapakan runtutan kisah dari Kerajaan Demak, seperti yang kita ulas di atas. Mataram Islam, salah satu Kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa, merupakan cikal bakal lahirnya jamu gendong. Dengan basis wilayah di seluruh Pulau Jawa, Bali, sebagian Sumatra dan mitra kerajaan lain di luar jawa, membuat sebuah keseragaman konsep dan titi tata laksana jamu di Indonesia. Berawal dari titah Sultan Agung untuk menyebarkan doktrin Negara Agung ke seluruh penjuru Nusantara, menjadikan jamu sebagai media aplikatif dan efektif bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Stigma jamu tidak lagi dijadikan sebagai minuman kebesaran, namun sebuah minuman kebersaaman dalam lokalitas budaya Jawa.


Sebagai intisari dalam penyampaian konsep itu, para pedagang jamu gendong selalu membawa jamu dalam jumlah 8 jenis. Ini merupakan representasi konsep 8 arah mata angin sekaligus salah satu lambang surya Majapahit ri Wilwatikta. Diharapkan melalui media jamu yang mengakar pada jati diri masyarakat, Bangsa Indonesia dapat mencapai puncak kejayaan seperti pada zaman Majapahit tanpa terhalang segala macam marabahaya. Delapan jenis jamu tersebut antara lain Kunir Asam, Beras Kencur, Cabe Puyang, Pahitan, Kunci Suruh, Kudu Laos, Uyup-Uyup/Gepyokan, dan Sinom. Kedelapan jenis jamu ini merupakan urutan ideal dalam meminum jamu dimulai dari manis-asam, sedikit pedas-hangat, pedas, pahit, tawar, hingga manis kembali. dari urutan-urutan ini kita bisa ambil nilai filosofis sebenarnya apabila dikaitkan dalam hidup.


Manusia lahir di muka bumi dalam keadaan fitrah. Silogisme ini bisa diandaikan dengan keadaan "manis" sewaktu bayi. Manis merupakan sebagian rasa yang kita alami semasa bayi dan balita. Kata "kunir" di atas, diambil dari representasi warna kulit orang-orang Indonesia berasal (sawo matang-semu kuning), tempat Jamu dilahirkan. "Asam" kondisi dimana kita mulai beranjak remaja, umur 11-15 tahun, dimana kita mulai melihat samar-samar keadaan hidup sebenarnya.


Beralih ke fase selanjutnya yakni Pra-Dewasa yang difilosofikan dengan jamu Beras Kencur. "Beras Kencur" apabila dibedah kata inimenjadi Bebering Alas Tan Kena Diukur atau Luasnya 'Dunia' belum bisa dikira-kira. Ya, inilah fase dimana kita mulai masuk ke gerbang kedewasaan. Rasa ingin tahu yang besar sikap egoisme yang mulai muncul kadang kala membuat seseorang mencoba hal-hal baru tanpa dipikirkan efek baik dan buruknya. Beras Kencur memiliki rasa sedikit pedas yang menggambarkan bahwa kita baru mencicipi sedikit saja rasa/hawa dunia sebenarnya.


Cabe Puyang, Cacating Lambe Purnaning Sembahyang. Itulah istilah yang tepat menggambarkan sikap labil kita pada umur 19-21 tahun. Suatu fase dimana kita harus lebih banyak menata diri dan bertanggung jawab atas apa yang kita ucapkan. Berusaha konsisten akan visi yang akan kita capai, bukan bersikap plin-plan (pagi beriman, sorenya kafir). Rasa pedasnya dunia sudah mulai kita rasakan seperti pedas dan pahitnya jamu ini.


Pahitan, namanya sesuai rasanya. Tidak ada nama khusus untuk jamu yang satu ini karena bahan yang digunakan pun beragam, mulai dari brotowali, widoro, doro putih sampai babakan pule. Ya, inilah masa-masa klimaks kita dalam menghadapi kehidupan sebenarnya. Berbekal pendidikan budi pekerti yang telah kita resapi sejak balita, ditunjang dengan rasa keingintahuan yang besar di masa remaja, membuat kita semakin kuat dan survive dalam menghadapi hidup yang sebenarnya.


Setelah melewati fase klimaks itu, kita akan menemui suatu perjalanan hidup yang landai sebagai sebuah resolusi hidup. Di fase ini lah kita akan menikmati masa keemasan hidup kita. Berkisar antara umur 30-45 tahun, kita akan memiliki pasangan hidup, meraih semua angan-angan yang pernah terpendam, dan berusaha lebih berarti bagi lingkungan masyarakat sekitar. Inilah filosofi dari sebuah jamu yang bernama "Kunci Suruh". Kunci merupakan sebuah bumbu penyedap makanan, sedangkan suruh memiliki banyak khasiat dan penyembuh berbagai macam penyakit. Jadi dapat dilambangkan bahwa kesuksesan hidup kita saat itu didasarkan pada apa yang kita peroleh semenjak kecil.


Dalam melanjutkan perjalanan resolusi kita ini, ada tugas-tugas kecil yang harus kita kerjakan yakni menjalin hubungan sinergis dengan seluruh pihak yang telah berjasa dalam hidup kita. dalam masa inilah kadang kala kita sering merasa lupa dan kurang bersyukur akan rizqi yang telah kita peroleh. Sudah sepatutnya kita mulai berderma, menyumbangkan segala yang kita punya dan kita mampu pada orang yang benar-benar membutuhkan disekitr kita. Inilah filosofi Kudu Laos. Sebuah jamu penghangat, yang mampu menghidupkan rasa kekeluargaan bagi orang-orang yang membutuhkan.


Uyup-uyup/gepyokan merupakan sebuah jamu penetral sekaligus bersifat rehabilitatif bagi seseorang yang telah sembuh dari penyakit berat. Bersifat mendinginkan adalah karakter jamu ini. Melalui pengabdian diri seutuhnya dan kepasrahan tulus dari seorang hamba kepada Tuhannya merupakan representasi nyata kehidupan seseorang sebelum memasuki tahap baru, tahap alam non fana, dan semuanya tergambar dalam aroma khas jamu ini, yakni aroma tawar sedikit manis.


Inilah konklusi dari siklus hidup kita, Sinom yang dapat diartikan sirep tanpa nampa. Dalam Bahasa Indonesia maknanya adalah diam (tidur/meninggal/moksa) dengan tidak meminta apa-apa. Jamu dengan rasa manis ini menggambarkan bahwa awal dan akhir dari sebuah siklus harus dijalankan secara seimbang. Apabila di awal kita dilahirkan secara fitrah, maka di akhir kita harus kembali seutuhnya dalam keadaan baik tanpa merepotkan siapapun.


Tuntas sudah perjalanan hidup seseorang yang tergambar jelas dalam sebuah manifestasi tradisi. Semuanya telah didesain oleh Dia, Yang Maha Dahsyat, dan semua terangkum dalam titi tata laksana budaya. Inilah salah satu dari beribu lembaran-lembaran budaya yang terhampar dari ujung ke ujung Nusantara. Sebuah tradisi yang melekat pada jati diri warga bangsa dengan balutan Filosofi dan Representasi Budaya.

Kamis, 05 Januari 2012

Papua : Mutiara HItam (Di Sudut) Negeri




(sebuah wall yang diposting pada grup GERAKAN MASYARAKAT PAPUA dengan alamat http://www.facebook.com/pages/GERAKAN-MASYARAKAT-PAPUA/156612786690?v=wall) 

Papua adalah Indonesia - Indonesia adalah Papua

10-15 Tahun Lagi, PAPUA/IRIAN JAYA/IRIAN BARAT sangatlah potensial dalam pembangunan multidimensional Bangsa ini, bahkan sistem administrasi pemerintahannya dapat melebihi Jawa, sistem sastranya bisa melebihi Sumatra, pesona pariwisatanya akan menyaingi pulau dewata, tata baharinya kelak unggul daripada Sulawesi

Inilah PAPUA dan PAPUA BARAT yang menyimpan sejuta tradisi religi dan peradaban yang belum sempat terjamah.Bukan dengan disintegrasi kita memandang Papua secara nyata. Tapi dengan duduk bersama dan keberanian melawan "ARUS PUSAT" melalui kekuatan hati dan pikiran untuk mengubah cara pandang "orang-orang berdasi di negeri Jayakarta" untuk membangun menara-menara Mercusuar di Bhumi Cendrawasih ini.

Maju Papuaku, Maju Bangsaku  {Indonesia tidak akan memiliki gaung historis yang besar di dunia, tanpa adanya PAPUA yang memiliki tokoh-tokoh, Raja-Raja, Kepala-Kepala Suku yang mampu membawa nama bangsa ini. Walaupun tinta emas sejarah PAPUA masih minim ditorehkan di negeri ini, saya yakin Tuhan Yang Maha Esa akan mencatat lebih di Surga kelak}

JANGAN PERGI PAPUAKU ... TERUSLAH BERSAMA MALUKU, NUSA TENGGARA, DAN PULAU-PULAU LAINNYA SEBAGAI GUGUSAN "INDONESIA" YANG TAK AKAN PERNAH PUTUS.
INDONESIA KAN MENJADI PELOPOR DUNIA DENGAN KAU SEBAGAI PANGLIMA DI DEPANNYA.

Satelah Membaca ini silakan buka alamat web di atas, setelah itu renungkan apakah Anda sebagai warga bangsa tidak miris melihat saudara kita merasa dianaktirikan ???
sehingga mereka berpikir sudah tidak ada gunanya lagi mereka tinggal di Bumi Indonesia ini.
Mari renungkan............
marilah kita jaga persatuan negeri ini,
buat mayoritas lindungilah minoritas
buat Jawa ayomilah Papua
KHUSUS BUAT PENGATUR NEGERI, BUATLAH PAPUA MAKMUR DI TANAH SENDIRI


-Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi Nan Jaya-