Indonesia Bicara

Indonesia Bicara

Senin, 19 Desember 2011

LITL 2012 (Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan 2012)


Progresif : Integralistik Tanpa Pasif

“Progress”, asing memang bagi kita, orang awam, mendengar satu kata ini. Namun tahukah anda, siklus hidup yang kita jalani selama ini semuanya tak lepas dari sebuah progress. Secara sederhana progress dapat dikatakan sebagai sebuah kemajuan. Apabila kita melihat sejenak kilas balik perjalanan hidup kita, kita telah mengalami berbagai macam progress yang  tanpa kita sadari progrees itulah yang mengantarkan kita masuk dalam gerbang kampus perjuangan, kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya sekarang.

Dalam melewati semua progres-progress itu, sikap angkuh dan egois mulai terpupuk dalam jati diri kita sebagai suatu ciri kepribadian.  Dua sikap itu pula yang selalu terlihat lebih menonjol di saat kita hendak meraih mimpi-mimpi yang telah kita rancang manuskripnya. Dua sikap itu pula yang cenderung mengarahkan kita menjadi sosok manusia arogan.

Sebenarnya arogansi bukanlah hal buruk. Namun apakah sebuah arogansi akan membawa ke arah perubahan yang lebih baik? Bagi kita yang menginginkan sebuah revolusi besar, sudah pasti bahwa arogansi merupakan  jalan pintas  termudah yang dapat ditempuh dalam menyebarkan doktrin-doktrin sebuah kelompok dominasi tanpa melihat apa dan siapa yang ada di bawah mereka. Mereka dengan mudah mengatakan “perubahan”, namun mereka pun tak sadar bahwa apa yang mereka  lakukan bukanlah sebuah “kemajuan”. Paradoks dari hal tersebut, arogansi ternyata dapat mengatasi suatu problem dengan progress yang cepat tanpa memandang dampak selanjutnya. Namun bagi kita yang menginginkan sebuah harmonisasi tatanan, mufakatlah yang menjadi pilihan utama. Biarlah sebuah progress mereka nikmati dalam sebuah kerangka integrasi untuk mewujudkan harmonisasi tatanan itu.

Meninjau masalah integrasi, ada banyak komponen makro dalam diri kita sebagai makhluk sosial yang dapat kita gali dan kita berdayakan untuk mewujudkan harmonisasi diri dan bangsa. Seperti “tangguh”. Mungkin semua orang tidak pernah merasa tangguh dalam mengahdapi masalah hidupnya saat ini, namun pernahkah kita sadar seberapa tangguh kita saat ini, karena telah mengalahkan ratusan calon mahasiswa baru yang hendak masuk kampus pahlawan ini.

Komunikatif merupakan hal paling dasar dalam membangun sebuah integralistik ke depannya. Tanpa komunikasi yang baik, maka sebuah lingkaran integrasi akan nampak rapuh dan bisa dikatakan sebuah integrasi pasif. Jadi, komunikasi dapat dikatakan sebagai cikal bakal dalam membangun sebuah visi. Visi merupakan kunci utama membangun peradaban bangsa ini ke depan. Tanpa visi, kita pun juga akan semakin terjebak dalam ranah abu-abu “arogansi”. Dari sikap visioner inilah, kita dapat mengikis semua keberagaman untuk membentuk satu komunitas baru dengan akulturasi yang harmonis. Apabila kita analogikan dalam kehidupan kampus, kita tidak akan melihat seseorang berasal darimana, hitamkah, merahkah, atau hijaukah? Namun yang kita kenal hanya satu, “Birunya ITS”.

Dengan visi yang kuat pula maka rantai-rantai integralistik dapat terbina erat sebagai konektor dalam menggerakan pemuda-pemudi bangsa, mahasiswa Indonesia. Inilah generasi muda bangsa yang memiliki semangat intelektual tinggi,solutif serta inisiatif dalam mengahadpi tantangan global bangsa. Inilah indonesia yang bangga pada para mahasiswanya, karena menjunjung “integrasi” sebagai sebuah cerminan jati diri.