Indonesia Bicara

Indonesia Bicara

Sabtu, 09 Februari 2013

Cuplikan Sekilas Eco-Tourism


BALURAN

Baluran National Park adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur. Nama dari Taman Nasionall ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu G. Baluran. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan.
Fauna yang menjadi mascot Taman Nasional ini adalah Banteng Jawa, Rusa Jawa, dan Merak. Tempat ini patut direkomendasikan buat para traveler yang ingin menikmati suasana pemnadangan Afrika ala Indonesia.





= = =


PAPUMA

Papuma,, satu lagi pantai yang populer dan tidak kalah indah di kawasan Jember. Dengan lokasi di pesisir selatan Jawa Timur, atau lebih tepatnya terletak di desa Lojejer, kecamatan Wuluhan, 45 Km arah selatan kota Jember, pantai Papuma menawarkan nuansa yang sangat indah untuk dikunjungi buat traveler yang gemar ski air.
Di sepanjang pantai Papuma terdapat pasir putih yang bersih dan indah, dan memungkinkan para traveler yang datang untuk berjemur di pantai tersebut. Disamping keindahan alamnya, pantai ini juga kaya akan fauna seperti Biawak, Ayam Alas, burung-burung dengan ragam jenisnya, Babi Hutan, Rusa, Landak dan Trenggiling.




= = = 


Kasembon

Kasembon, sebuah kecamatan di Kabupaten Malang yang mempelopori pengelolaan wisata arung jeram di Jawa Timur. Terletak di Desa Bayeman, Kecamatan Kasembon yang lokasinya hampir berdekatan dengan wisata air Bendungan Selorejo, berbatasan dengan Kota Pare, Kabupaten Kediri dan Kota Ngoro, Kabupaten Jombang. Berawal dari Kasembon inilah mulai bermuncul wisata arung jeram lainnya seperti arung jeram Kaliwatu di Batu dan Songa di Probolinggo. Bila traveler dari Kota Malang, akan melewati kota Batu - Pujon - Ngantang - Kasembon dengan jarak sekitar 65 KM dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Bila traveler dari Surabaya, bisa melalui Krian, Mojokerto, Mojoagung, Kandangan - Kasembon dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.

(Foto diambil dari berbagai media)

Gerakan : Aksi


“Iustus Iustitiam”, kata yang telah digaungkan ratusan bahkan ribuan tahun oleh filsuf, aktivis, hakim, bahkan presiden di seluruh dunia. Bukan sebuah sensasi lagi apabila kata ini mampu menghipnotis pemikiran orang-orang besar di dunia ini. Bahkan tak jarang kata ini telah didaulat sebagai dokma universal yang statutanya hampir setara dengan sebuah agama. Bukan bermaksud mendiskreditkan agama, tapi realitanya “Iustus Iustitiam” merupakan sebuah ajaran dalam setiap agama. Kini kata ini masih eksis menduduki strata tertinggi dalam sebuah pergerakan mahasiswa. Faktanya, dua aksi besar mahasiswa Indonesia yang pernah timbul merupakan sebuah bukti bahwa “Iustus Iustitiam” telah menggerakkan hati mereka untuk berjuang. Berjuang untuk sebuah hal yang sudah pasti tidak mendatangkan keuntungan materiil bagi mereka. Namun mereka yakin bahwa perjuangan itu bukan untuk apa dan siapa, tapi perjuangan itu ialah bagiamana merubah kondisi bangsa menjadi lebih baik.
Dua buah kata tersebut telah menjelma menjadi sebuah wacana dan falsafah besar. Kini para aktivis telah meninggalkan pemikiran konvensional mereka mengenai arti sebuah perjuangan. Mereka telah merekonstruksi ulang definisi perjuangan menjadi gerakan, bukan lagi sekedar program. Konkret, sebuah gerakan merupakan buah pikir berbagai pihak dengan tujuan sama yang membutuhkan kepedulian dan tanggung jawab secara berkelanjutan. Sementara program hanyalah bagian kecil dari sebuah gerakan yang belum memiliki tujuan dan social impact yang jelas. Hemat kata, sebuah gerakan adalah sebuah perjuangan yang memiliki nilai entitas dan guna lebih bagi masyarakat luas. Korelasinya kata tersebut mewakili nurani kebenaran dan keadilan setiap manusia untuk membela masyarakat dan bangsanya. Kebenaran untuk menyuarakan bahwa rezim lama harus diperbarui dengan rezim baru. Begitu juga rezim baru yang harus dievaluasi dengan rezim reformasi. Dan kelak rezim reformasi ini juga harus dipertanggungjawabkan melalui rezim berikutnya. Inilah sebuah pergerakan dinamis yang dimotori oleh mahasiswa di dalamnya. Dengan semangat menyuarakan “kebenaran akan tetap benar” maka sesungguhnya “Iustus Iustitiam” adalah modal dasar sebuah pergerakan, dan pergerakan itu adalah sebuah aksi.