Indonesia Bicara

Indonesia Bicara

Minggu, 28 Maret 2010

60 Minutes For The Earth


~ MATIKAN LAMPU ~
~ NYALAKAN MASA DEPAN ~

Rescued by Prince Charles

(Rachma Tri Widuri)

An end-of-year surprise were had by the people in Jambi and South Sumatra. None other than Prince Charles, the heir to the throne of Great Britain, visited Harapan Rainforest which straddles the border between Jambi and South Sumatra.
Prince Charles is one of the global public figures who cares about the fate of tropical forests. He has followed with interest the developments in issues such as deforestation and global climate change.
The events leading up to the visit of the Prince can be traced back to the year 2002 when Burung Indonesia, an Indonesian bird and habitat conservation organization, proposed the "crazy idea" of managing a production forest (a forest that should have been logged) for the purposes of restoration and conservation.
There had been strong concerns that the rich biodiversity of Indonesia's tropical rainforests was decreasing at an alarming rate.
The forests that are most under threat of clearance are those in the lowlands -- including the lowlands of Sumatra. Ironically, according to Burung Indonesia's own studies, Sumatra's lowland forest is amongst the richest in the world in terms of the number of species it contains.
About 626 species of birds are found there, as well as tiger, elephant, tapir and sun bear.
The concept of managing a concession for forest restoration was the result of a long and ever-changing discussion. It was clear that even conservation areas such as national parks were protecting the lowland forests from widespread illegal logging, and as such, creation of new conservation areas would not automatically help to reduce deforestation.
The concept of restoration was so new that many regarded Burung Indonesia's proposal as strange and questioned whether it would ever work. Another problem was that there was no legal precedent, and no such thing as a license for management of production forests for restoration -- thus without cutting trees.
It is very encouraging that there was no shortage of enthusiasm, including full support from the Forest Ministry. As a result, that great but difficult dream has gradually become a reality. Beginning with a campaign to save Sumatra's tropical rainforests at the British Birdwatching Fair in Aug. 2002, the ecosystem restoration initiative -- which had at times appeared impossible -- began to gain support from people around the world. Worldwide partners of BirdLife International agreed the Sumatran Rainforest campaign. Friends in the UK, Germany, Switzerland, Belgium and Holland put together what resources they provide critical funding to get the campaign and the concession off the ground.

Sejarah Kota Malang


Dalam lambang Kota Malang tertulis sesanti berbunyi MALANG KUCECWARA yang berarti “Tuhan menghancurkan yang bathil dan menegakkan yang baik”. Sesanti itu disyahkan menjadi semboyan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang pada tanggal 1 April 1914.
Semboyan tersebut erat kaitannya dengan asal mula Kota Malang yang pada masa Ken Arok lebih kurang 8 abad yang lampau menjadi nama tempat di sekotar candi bernama Malang. Letak candi itu masih menjadi tanda tanya dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Daerah Malang dan sekitarnya termasuk Singosari merupakan pusat kegiatan politik dan budaya sejak tahun 760 s/d tahun 1414 berdasarkan tulisan batu di Dinoyo. Kegiatan selama masa itu di ikuti oleh kegiatan budaya tidak dapat di gambarkan sebagai perkembangan satu dinasti saja, melainkan merupakan rangkaian kegiatan politik dan budaya dari beberapa turunan.
Demikian diungkapkan oleh almarhum Prof. Drs. S. Wojowasito dalam tulisannya tentang sejarah dan asal mula Kota Malang.
Lebih jauh di ungkapkan dari beberapa keturunan itu,ada yang jelas terpisah dalam arti tidak ada hubungan antara satu keturunan dengan keturunan lainnya, seperti keturunan Dewasimba, Gajayana di Dinoyo dengan keturunan Balitung. Daksa, Tulodog dan Hawa, akhirnya Sindhok. Keturunan berlangsung kepada Dharmawangsa, Airlangga hingga yang terakhir yaitu Kertajaya (1215 - 1222).
Kemudian timbulnya dinasti Ken Arok merupakan estafet pertama dari raja-raja Majapahit sampai raja terakhir Bhre Tumapel (1447-1451). Pada waktu Ken Arok menampakkan kegiatannya, Tumapel hanya merupakan semacam kabupaten dari daerah Jenggala yang pada waktu itu praktis berada di bawah kekuasaan Kertajaya dari Kediri. Batara Malangkucecwara, disebut di dalam piagam tahun 908 dekat Singosari. Piagam tahun 907 itu menerangkan bahwa orang-orang yang mendapat piagam itu adalah pemuja-pemuja batara dari Malangkucecwara, Putecwara Kutusan, Cilebhedecwara dan Tulecwara. Penyebutan nama-nama seperti Batara dari Malangkucecwara, putecwara dansebagainya membuktikan bahwa nama-nama itu adalah nama raja-raja yang pernah memerintah dan pada saat di makamkan di dalam candi lalu disebut Batara. Dengan disebutkannya piagamDinoyo, sekarang adalah Kelurahan Dinoyo, maka masuk akal jika candi malangkucecwara itu ada dekat Kota Malang sekarang.

Sistem Pernapasan

Gambaran Umum
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan. Jadi, pernapasan adalah :





  1. Kegiatan mengambil udara (inspirasi) dan mengeluarkan udara (ekspirasi) melalui alat pernapasan.





  2. Pertukaran gas antara sel dengan lingkungan (respirasi eksternal).





  3. Reaksi enzimatik, pemanfaatan oksigen memerlukan enzim pernapasan (sitokrom)
Definisi
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.