Indonesia Bicara

Indonesia Bicara

Selasa, 28 Juni 2011

Majas-Majas Dalam Bahasa Indonesia

Majas Pertentangan secara umum terbagi menjadi 5 jenis yakni:
1. Hiperbola
Rumus : suatu gaya bahasa yang bersifat melebih-lebihkan (hiper/hyper : lebih; menyangatkan).
Contoh : Ibu itu terkejut setengah mati ketika mendengar anaknya tidak lulus ujian nasional. (maksud terkejut setengah mati adalah terkejut sekali)

2. Ironi
Rumus : gaya bahasa yang bersifat menyindir dengan halus.
Contoh :  Pandai sekali kau baru datang ketika rapat mau selesai
(terdapat dua frasa yang mengalami perbedaan makna secara kontras yakni “pandai sekali” dan “baru datang”)  

3. Litotes
Rumus : gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu yang baik menjadi bersifat negative (merendahkan diri sendiri).
Contoh : Kalau ke Malang sempatkanlah untuk mampir ke gubuk saya. (maksud gubuk adalah rumah, walaupun rumahnya besar dan mewah)

4. Paradoks
Rumus : gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
contoh : Aku masih merasa kesepian dalam suasana pesta ulang tahun yang meriah ini.
 (pernyataan di atas maknanya hamper sama dengan ironi, namun dalam penyampaiannya sangat berbeda karena tujuan dari paradoks bukan sebagai sindiran namun premis umum)

5. Antitesis
gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan dalam satu frasa (lawan kata).
contoh : (tua muda ; kaya miskin)
Tua, muda, kaya, miskin, semua bersatu padu dalam pesta demokrasi kali ini.
(maksud : frasa-frasa yang berlawanan kata digunakan secara langsung secara berurutan)

6. Oksimoron
Rumus : gaya bahasa yang berupa pernyataan yang di dalamnya mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama.
Contoh: Olahraga mendaki gunung memang menarik walupun sangat membahayakan.

7. Paronomosia
Rumus : gaya bahasa yang berupa pernyataan yang berisi penjajaran kata-kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya.
Contoh: Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah. (maksud : frasa 1 menyatakan racun sedangkan frasa 2 menyatakan kesanggupan)

8. Zeugma
Rumus : gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain.
Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahkan kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya.
Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.
(maksud : mendengar berita secara logika hanya dapat dilakukan melalui radio, namun untuk menegaskan makna dan menghindari pleonastis maka kata mendengar juga berlaku untuk surat kabar)

9. Silepsis
Rumus : kata yang dipergunakan dalam silepsis secara gramatikal benar, tetapi kata tadi diterapkan pada kata lain yang sebenarnya mempunyai makna lain.
Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
(maksud : ada dua makna yang saling berkesinambungan namun berbeda arti, yakni topi dan semangat)

10. Satire
Rumus : gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau karangan yang berisi kritik sosial baik secara terang-terangan maupun terselubung (umumnya digunakan dalam sastra).
Contoh:     
Jemu aku dengan bicaramu.
Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan
Sudah sepuluh tahun engkau bicara
Aku masih tak punya celana
Budak kurus pengangkut sampah
(maksud : beberapa larik puisi di atas memiliki makna tersirat yang berisi kritik sosial dan tidak bisa diartikan secara langsung melainkan harus diintepretasikan)

11. Klimaks
Rumus : (klimaks : puncak; penekanan dari hal kecil ke besar) gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.
Contoh: Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang tua, nusa bangsa dan negara. (maksud : terdapat 4 penekanan makna kata yang bermula dari saudara)

12. Anti klimaks
Rumus : (berkebalikan dengan klimaks, pengungkapan dari hal besar ke kecil) suatu pernyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.
Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa, siswa SLTA, SLTP, dan SD. (maksud : terdapat makna ungkapan yang dinyatakan dari hal kompleks ke hal sederhana)

13. Histeron Proteran
Rumus : gaya bahasa yang isinya merupakan kebalikan dari suatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. 
Contoh : Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti kematian akan kau alami.
(maksud : ada dua makna yang sangat berbeda jika dipikir secara logika, yakni ”jika menang maka mati”)

14. Sarkasme
 Rumus :gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas atau kasar.
Contoh: Kau memang benar-benar bajingan.

15. Sinisme
Rumus : (merupakan tingkat kedua dari ironi) gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati.
Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun dapat Anda hitung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Banyak buat yang udah comment, ngasi saran, kritik ato pesan-pesan