Indonesia Bicara

Indonesia Bicara

Minggu, 14 Maret 2010

BANGSAKU apakah KELUARGAKU ?

Indonesia negara hebat? Ya iyalah! Indonesia sejak dahulu memang termasyhur akan adat-istiadat masyarakat yang masih kental dengan nilai dan norma sosial. Mulai dari budaya sopan, ramah dan senyum yang selalu dibiasakan masyarakat Indonesia dan pastinya mendapat sanjungan baik oleh wisatawan mancanegara. Buktinya, banyak sekali tamu-tamu asing yang kagum akan khasanah budaya di Indonesia yang supel dan tidak ada etnik yang menampakkan rasa tidak suka pada tamu asing. Karena kepribadian masyarakat Indonesia yang mulia maka citra dan kharisma bangsa kita ini dapat terangkat dimata dunia. Namun, jika saat ini kita rasakan masihkah predikat akan budaya ketimuran patut kita sandang? Atau, apakah bangsa ini masih menjaga budaya itu?
Hal inilah yang harus menjadi acuan kita untuk memperbaiki kehidupan bangsa ini. Saat ini sudah banyak budaya ketimuran kita terkikis oleh budaya global atau westernisme. Contohnya, pelanggaran HAM yang masih terjadi pada sesama saudara se-tanah air, demonstrasi secara anarki, dan kasus-kasus kerasan antar individu. Dari bukti-bukti ini dapat kita pikirkan sudah seberapa jauhkah bangsa ini menyimpang dari ajaran budaya ketimurannya. Bangsa ini rasanya sudah bukan lagi bangsa yang ramah, bersahaja, dan cinta damai. Buktinya, setiap timbul suatu masalah yang menyangkut masalah kemasyarakatan/kebangsaan atau yang bersifat nasional pasti ujung-ujungnya adalah anarkisme. Sedangkan contoh dalam lingkup yang paling sederhana saja yakni keluarga, sering terjadinya kesalahpahaman atau mungkin beda pendapat antar anggota keluarga yang sudah pasti berakhir dengan tindak kekerasan atau yang paling fatal adalah perpecahan rumah tangga sehingga anaklah yang harus menanggung akibatnya. Banyak sekali sebenarnya dampak keretakan rumah tangga pada anak, seperti anak menjadi kurang perhatian dan bertindak sesuai apa yang ia yakini walupun itu salah, anak kadang kala menjadi minder karenan kasih sayang yang harus terbelah oleh keegoisan orang tua, dan anak harus menjadi tempat pelampiasan kekesalan orang tua. Terus, bagaimana sistem kebangsaan bisa terbentuk bila dalam lingkungan yang kecil saja seperti keluarga, anak-anak selaku generasi muda selalu ditekan mentalnya oleh kekerasan non fisik
Sekolah, organisasi bahkan tempat kerja juga menjadi sorotan tindak kekerasan. Maraknya tawuran antar pelajar, mahasiswa dengan aparat, atau demo buruh yang anarki ternyata merupakan bukti lemahnya nilai-nilai budaya yang selama ini telah dijunjung bangsa ini. Jadi, sia-sia bukan perjuangan The Founding Fathers kita dalam menjaga keutuhan bangsa atas dasar Pancasila karena dirusak oleh sebuah virus hati yang namanya kekerasan.
Mungkin saat ini masih ada sekelompok masyarakat yang berusaha menjaga dan melestarikan nilai-nilai sosial dan tradisi bangsa ini. Tapi, apakah bisa mengembalikan citra bangsa jika komponen yang lain belum mendukung sepenuhnya? Masih banyak masalah kompleks yang dihadapi bangsa kita dan yang harus kita lakukan saat ini atau mendatang adalah bagaimana cara kita untuk menjaga budaya ketimuran khususnya budaya cinta damai agar tidak timbul konflik dan kekerasan yang ujung-ujungnya perpecahan bangsa. Contoh yang paling sederhana adalah menerapkan budaya saling menghargai di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga memang lingkungan terkecil dalam sistem kebangsaan namun jika nilai-nilai luhur sudah ditanamkan di sana maka akan membawa manfaat yang sangat besar bagi kehidupan berbangsa di tahun-tahun mendatang. Dengan budaya saling menghargai itu maka dapat membuka pintu hati masing-masing individual dalam keluarga tersebut untuk terbuka dan jujur serta bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Sekaligus dapat memberikan arti positif pada diri anggota keluarga untuk menerima pikiran dari anggota keluarga yang lain sekaligus memfilter akan hal baik atau buruk. Dari hal kecil semacam itu maka sudah berapa banyak penerus bangsa ini khususnya anak-anak yang selamat dari budaya main hakim sendiri utamanya tindak kekerasan. Oleh karena itu, sangatlah baik apabila pendidikan anti kekerasan patut digencarkan pada lingkungan keluarga mulai saat ini dengan cara orang tua memberikan teladan yang baik dihadapan anak-anak mereka. Maka dari itu, agar masayarakat bangsa ini tidak larut dalam buaian virus kekerasan, marilah kita mulai dari jiwa kita sendiri untuk mlestarikan nilai-nilai budaya bangsa yang sudah terkonsep dalam dasar negara kita Pancasila dan mengikrarkan “STOP KEKERASAN” pada lingkungan yang pertama kali kita kenal yakni keluarga. Dengan hal tersebut maka di tahun-tahun mendatang seluruh masayarakat Indonesia dapat kembali hidup berdampingan di bawah bendera persatuan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Banyak buat yang udah comment, ngasi saran, kritik ato pesan-pesan