Indonesia Bicara

Indonesia Bicara

Sabtu, 06 September 2008

IKON NEGERI, TAK DICINTAI WARGA PRIBUMI

Negara kita ini memang kaya akan beragam tradisi yang telah turun-menurun diwariskan oleh pendahulu kita. Beragam budaya dan hasil pembangunan masih bisa kita nikmati dan kental akan nilai tradisi dan kebangsaan.

Keindahan alam yang eksotik dan mempunyai nilai jual tinggi digunakan pemerintah sebagai alat untuk semakin melebarkan sayap Indonesia di mata dunia. Salah satu strategi pemerintah ialah dengan menetapkan keragam khas nasional dalam bentuk tumbuhan dan hewan yang sampai saat ini kita kenal dengan “Puspa dan Satwa Nasional”. Puspa indonesia dikategorikan menjadi tiga macam, yakni puspa bangsa (Melati/Jasminum samba), puspa pesona (Anggrek Bulan/Phalaenopsis amabilis), dan puspa langka (Rafflesia arnoldii). Ketiga tumbuhan tersebut ternyata mampu menjadi ikon yang dapat mewakili nama Indonesia saat diadakannya tahun kunjungan ASEAN. Buktinya, ketiga tumbuhan ini khususnya Anggrek Bulan akhirnya resmi mendapat pengakuan tumbuhan khas dan asli Indonesia. Anggrek Bulan khas Indonesia memang dikiaskan layaknya Dewi Sinta karena keindahan bunganya yang mampu bertahan lama. Bentuk bunganya simetris dan bulat seperti bulan, perhiasan bunganya putih bersih dan mencolok, bertekstur lembut. Karena kesempurnaan bentuknya, keanggunan penampilan, warna bunga, dan merupakan spesies asli Indonesia, menyebabkan banyak yang mengusulkan bunga ini sebagai flora maskot nasional.

Keunggulan puspa pesona Indonesia ini yang dulu dijadikan maskot oleh pemerintah saat ini sudah tidak lagi terdengar gaungnya. Maraknya pencurian hasil hutan dan berkurangnya hutan lindung ternyata merupakan pemicu berkurangnya populasi dan kualitas anggrek di Indonesia. Dulu, produksi anggrek Indonesia memiliki kualitas yang terbaik dibandingkan negara tetangga kita Malaysia walaupun dalam hal kuantitas bangsa kita hanya menempati urutan kedua setelah Negeri Serawak tersebut. Namun kualitas anggrek Indonesia dahulu mampu menyaingi anggrek khas negara tetangga lain seperti Filiphina, Papua Nugini, Australia, dan juga Malaysia.

Pemicu lain turunnya produktivitas anggrek nusantara ditengarai adanya faktor ekstern yang menyebabkan anggrek negeri kita berkurang keunggulannya yakni banyaknya warga Indonesia di luar negeri yang mengembangbiakkan anggrek khas nusantara di sana, sehingga tidak sedikit anggrek yang belum mempunyai nama ilmiah milik Indonesia diakui oleh negara-negara lain. Keadaan inilah yang akhirnya menurunkan kharisma Indonesia di mata asing.

Untuk mengembalikan lagi keunggulan anggrek nusantara tidak harus lagi menggunakan cara-cara konvesional tetapi kita harus menggunakan cara yang mampu diterima dunia global. Oleh karena itu marilah kita selaku generasi muda bangsa bersama-sama dengan pemerintah untuk melestarikan keragaman khas nusantara. Karena kelestarian pusaka budaya nusantara tergantung dari cara pemuda-pemudi mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Banyak buat yang udah comment, ngasi saran, kritik ato pesan-pesan