Harian Folnews.com
dipenghujung Februari 2013 melansir sebuah berita yang menyatakan bahwa demi mendukung pertumbuhan ekonomi di atas 7% seperti
yang ditargetkan dalam dokumen MP3EI, idealnya diperlukan investasi
infrastruktur sekitar 7%. BUMN/BUMD & Swasta diharapkan berperan dalam
pembangunan infrastruktur. Pernyataan disampaikan oleh Menteri PPN/Kepala
Bappenas, Armida Alisjahbana, dalam sebuah seminar bertajuk “Solusi Pembiayaan
Infrastruktur dalam Mendukung Program MP3EI”. Apabila kita melihat berita
tersebut, tampak ada sebuah target yang ingin dicapai pemerintah tahun ini agar
Indonesia dapat bersaing dengan Cina dan India. Investasi infrastruktur yang
dimaksud pemerintah adalah sumber pembiayaan pembangunan yang tidak hanya
berasal dari pemerintah saja, namun juga dari BUMN dan Swasta.
Dalam situs warta ekonomi online
disebutkan bahwa pemerintah sedang gencar melakukan pembangunan infrastruktur
di Indonesia. Keseriusan pemerintah dalam membangun infrastruktur dituangkan
dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Keseluruhan proyek pembangunan infrastruktur akan membutuhkan dana Rp1.923,7
triliun. Pemerintah hanya mampu menyediakan pembiayaan sebesar Rp559,54 triliun
melalui dana alokasi khusus (DAK). Sisanya akan dibiayai oleh pemerintah daerah
melalui APBD sebesar Rp355,07 triliun, BUMN Rp340,85 triliun, dan pihak swasta
melalui program Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) sebesar Rp344,67 triliun.
Dana-dana tersebut diperuntukkan hanya untuk satu titik yakni masyarakat.
Intinya dengan pembiayaan infrastruktur yang baik, diharapkan pertumbuhan
pembangunan masyarakat Indonesia dapat berjalan dinamis dan tepat sasaran.
Sebagai mahasiswa ITS Surabaya, yang
notabene mengenyam pendidikan teknik, diharapkan dapat menjadi motor-motor penggerak
sekaligus penentu pembangunan masa depan Indonesia. Dengan latar belakang
pendidikan teknik bukan berarti tugas kita ke depannya hanya di lapangan saja
namun kita justru mengemban tugas ganda yakni “bekerja di belakang meja” dan
“kontribusi di lapangan langsung”. “Bekerja di belakang meja” dalam hal ini
adalah bekal manjerial kita harus kuat disertai dengan bekal moral yang kuat
untuk menciptakan reformasi pembangunan yang pro rakyat. Ini merupakan tuntutan
untuk mewujudkan tujuan masyarakat dan bangsa Indonesia yang tercantum dalam
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945.
Korelasi
antara mahasiswa dan pembangunan nasional lebih dititikberatkan pada proses
transformasi sumber daya mahasiswa sendiri dalam mengawal pembangunankhususnya
di bidang infrastruktur. Dengan sifat intelektual dan idealismenya
mahasiswa lahir dan tumbuh menjadi raw
model yang memiliki paradigma ilmiah dalam memandang persoalan kebangsaan
dan kemasyarakatan. Ciri dan gaya mahasiswa terletak pada ide atau gagasan yang
luhur dalam menawarkan solusi atas problematika pembangunan infrastruktur
Indonesia. Pijakan ini menjadi sangat relevan dengan nuansa kampus yang
mengutamakan ilmu dalam memahami substansi dan pokok persoalan apapun.
Tidak perlu menunggu lulus dari
bangku kuliah jika ingin berkontribusi terhadap bangsa ini. Poin-poin dari Tri
Dharma Perguruan Tinggi dapat langsung kita aplikasikan guna menyelesaikan
permasalahan sosial atau infrastruktur yang ada di masyarakat. Contoh konkret
yang telah dilakukan kader-kader KM ITS dewasa ini adalah bergerak di ranah keprofesian
dan sosial masyarakat seperti yang telah dilakukan HMTL FTSP – ITS yang telah
menginisiasi program Kampung Binaan dengan jangka waktu 5 tahun. HMTL FTSP-ITS
memandang perlunya merubah mindset
masyarakat Tegal Mulyorejo Baru agar bisa mandiri dan berdaya di tengah hiruk
pikuk kota metropolitan Surabaya ini. Bukti fisik dengan adanya Kampung Binaan
adalah pembangunan bank sampah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat Tegal
Mulyorejo Baru dengan cara mengelola barang-barang bekas menjadi barang bernilai
ekonomis. Realisasi yang sedang dilaksanakan Kampung Binaan saat ini adalah
aplikasi teknologi tepat guna berupa filtrasi yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk mengolah air sungai TMB yang payau agar bisa dimanfaatkan
sebagai air baku masyarakat.
Secara
umum, peran mahasiswa dalam bidang pembangunan infrastruktur tidaklah selalu
mengacu pada hal-hal makro. Kita baru bisa berkontribusi secara makro apabila
kita sudah “matang” dan memiliki konsep dalam lingkup regional atau nasional.
Marilah kita berkontribusi dari hal-hal mikro di sekitar kita. Secara faktual, kampus
merupakan laboratorium besar tempat melahirkan beragam ide dari berbagai
permasalahan mikro di sekitar kita. Kemudian ide tersebut diwujudkan dalam
bentuk peranan sosial individu mahasiswa tersebut dalam kehidupan
kemasyarakatan sebagai bentuk pengabdian masyarakat. Menjadi agen bagi
perubahan sosial, budaya, paradigma, ekonomi dan politik masyarakat secara
luas. Dengan demikian, kepentingan masyarakat menjadi barometer utama bagi
keberhasilan suatu perubahan sosial yang dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa
dituntut tidak hanya berhasil membawa ijazah, tetapi juga diharuskan membawa
perubahan dari ilmu dan pengalamannya selama berada dalam laboratorium kampus (Diyah, 2011).
Hemat
kata, kita selaku mahasiswa ITS tidak perlu terlalu bermimpi panjang untuk
memberikan solusi terhadap permasalahan pembangunan infrastruktur di negeri
ini. Ketika para pemangku kepentingan berpikir keras mengelolan hal-hal makro
untuk mendukung daya saing bangsa dalam menghadapi krisi global, kita sebagai
mahasiswa melakukan gerakan sporadis positif sesuai dengan ranah keprofesian
atau idealisasi kita. Lakukan apa yang bisa kita lakukan sekarang, jika kita
mahasiswa teknik lingkungan maka lakukan aksi untuk melestarikan lingkungan
negeri ini misalnya meminimalkan penggunaan kendaraan bermotor atau mulai
memilah sampah dari rumah kita sendiri. Jika kita mahasiswa desain maka
kampanyekan Indonesia melalui media-media kreatif dan inovatif sebagai upaya
pencitraan Indonesia di dunia luar. Jika kita mahasiswa teknik sipil, mari
kembangkan kemampuan keilmiahan kita dari sekarang sebagai upaya mendukung
peranan industri nasional di bidang pembangunan berkelanjutan. Besar dan kecil
tidak pernah tertulis dalam kamus “kontribusi”, yang ada hanya mau
berkontribusi dan peduli untuk menggalang sebuah aksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Banyak buat yang udah comment, ngasi saran, kritik ato pesan-pesan