Hubungan erat yang telah dipupuk semenjak 50 tahun yang lalu menunjukkan bahwa Mesir merupakan mitra terbaik Indonesia dibidang apapun. Dalam hal diplomatis, Mesir termasuk negara-negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia setelah India. Dibidang agama, pengiriman santri-santri terbaik untuk belajar di Universitas Al-Azhar dan Iskandariyah telah lama terjalin bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Dalam ranah ilmu pengetahuan, Mesir juga tak mau ketinggalan. Dibuktikan dengan adanya integrasi ilmu sains barat dan Al-Quran menunjukkan bahwa Mesir bukanlah negara yang konservatif. Tidak salah jika dunia memberi predikat negeri yang berpenduduk 76 juta ini sebagai “Gerbang Penghubung Timur dan Barat”.
Asimilasi 2 hal kontras, yakni budaya timur dan barat, bertahun-tahun menyatu menjadi suatu budaya baru dan kompleks di Mesir. Perkembangan menuju ke arah global juga terus dibangun pada daerah-daerah sentral di negara tersebut. Tidak dapat dipungkiri konflik internal dan ideologi sering terjadi. Bahkan konflik-konflik ini juga telah merambah ke arah krisis multidimensi. Puncaknya terjadi pada akhir Januari 2011, dimana mayoritas masyarakat Mesir turun ke jalan menuntut pemerintah untuk turun. Sampai 18 hari, aksi ini masih diwarnai insiden kekerasan dan akhirnya sang diktator, Husni Mubarak, turun dari jabatannya sebagai presiden Mesir pada 11 Februari 2011 (vivanews.com, 2011).