“Progress”,
asing memang bagi kita, orang awam, mendengar satu kata ini. Namun tahukah
anda, siklus hidup yang kita jalani selama ini semuanya tak lepas dari sebuah
progress. Secara sederhana progress dapat dikatakan sebagai sebuah kemajuan.
Apabila kita melihat sejenak kilas balik perjalanan hidup kita, kita telah
mengalami berbagai macam progress yang
tanpa kita sadari progrees itulah yang mengantarkan kita masuk dalam
gerbang kampus perjuangan, kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
sekarang.
Dalam
melewati semua progres-progress itu, sikap angkuh dan egois mulai terpupuk
dalam jati diri kita sebagai suatu ciri kepribadian. Dua sikap itu pula yang selalu terlihat lebih
menonjol di saat kita hendak meraih mimpi-mimpi yang telah kita rancang
manuskripnya. Dua sikap itu pula yang cenderung mengarahkan kita menjadi sosok
manusia arogan.
Sebenarnya
arogansi bukanlah hal buruk. Namun apakah sebuah arogansi akan membawa ke arah
perubahan yang lebih baik? Bagi kita yang menginginkan sebuah revolusi besar,
sudah pasti bahwa arogansi merupakan jalan
pintas termudah yang dapat ditempuh
dalam menyebarkan doktrin-doktrin sebuah kelompok dominasi tanpa melihat apa
dan siapa yang ada di bawah mereka. Mereka dengan mudah mengatakan “perubahan”,
namun mereka pun tak sadar bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah sebuah “kemajuan”. Paradoks
dari hal tersebut, arogansi ternyata dapat mengatasi suatu problem dengan
progress yang cepat tanpa memandang dampak selanjutnya. Namun bagi kita yang
menginginkan sebuah harmonisasi tatanan, mufakatlah yang menjadi pilihan utama.
Biarlah sebuah progress mereka nikmati dalam sebuah kerangka integrasi untuk
mewujudkan harmonisasi tatanan itu.
Meninjau
masalah integrasi, ada banyak komponen makro dalam diri kita sebagai makhluk
sosial yang dapat kita gali dan kita berdayakan untuk mewujudkan harmonisasi
diri dan bangsa. Seperti “tangguh”. Mungkin semua orang tidak pernah merasa
tangguh dalam mengahdapi masalah hidupnya saat ini, namun pernahkah kita sadar
seberapa tangguh kita saat ini, karena telah mengalahkan ratusan calon
mahasiswa baru yang hendak masuk kampus pahlawan ini.
Komunikatif
merupakan hal paling dasar dalam membangun sebuah integralistik ke depannya.
Tanpa komunikasi yang baik, maka sebuah lingkaran integrasi akan nampak rapuh dan
bisa dikatakan sebuah integrasi pasif. Jadi, komunikasi dapat dikatakan sebagai
cikal bakal dalam membangun sebuah visi. Visi merupakan kunci utama membangun
peradaban bangsa ini ke depan. Tanpa visi, kita pun juga akan semakin terjebak
dalam ranah abu-abu “arogansi”. Dari sikap visioner inilah, kita dapat mengikis
semua keberagaman untuk membentuk satu komunitas baru dengan akulturasi yang
harmonis. Apabila kita analogikan dalam kehidupan kampus, kita tidak akan
melihat seseorang berasal darimana, hitamkah, merahkah, atau hijaukah? Namun
yang kita kenal hanya satu, “Birunya ITS”.
Dengan
visi yang kuat pula maka rantai-rantai integralistik dapat terbina erat sebagai
konektor dalam menggerakan pemuda-pemudi bangsa, mahasiswa Indonesia. Inilah
generasi muda bangsa yang memiliki semangat intelektual tinggi,solutif serta
inisiatif dalam mengahadpi tantangan global bangsa. Inilah indonesia yang
bangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Banyak buat yang udah comment, ngasi saran, kritik ato pesan-pesan