Jumat, 18 Mei 2012
Jumat, 11 Mei 2012
LANGKAH AWAL DALAM NETWORKING
“Networking”,
mungkin itulah resep utama beberapa orang sukses di dunia ini. Tak bisa
dipungkiri lagi bahwa networking atau
menjalin hubungan dewasa ini telah menjadi golden
ticket bagi setiap orang yang ingin menuju pintu kesuksesan. Zaman sekarang
bukan lagi zaman batu dimana akses komunikasi, informasi, atau perdagangan
bukanlah sebuah kebutuhan primer. Saat ini kita telah masuk dalam gerbang
multidimensi dimana semua akses telah kita rasakan dengan instan serta menjadi
kebutuhan wajib setiap orang.
Buah
yang dapat kita petik dari alam multidimensi ini adalah perkembangan teknologi
informasi yang semakin pesat. Hal ini merupakan nilai positif tersendiri bagi
“pelaku” networking untuk melebarkan
sayap ke dunia global. Perkembangan teknologi informasi dapat terbukti dengan
munculnya berbagai situs jejaring sosial yang semakin memudahkan setiap orang
untuk berkomunikasi dan menjalin relasi dengan orang lain baik dalam skala
regional maupun internasional. Disamping memanfaatkan teknologi yang semakin
berkembang tersebut, kepiawaian seseorang dalam menjalin hubungan hendaknya
perlu dilatih sejak dini.
Dalam
ilmu psikologi, kemahiran networking
dapat diasah dengan cara meningkatkan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan
secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan
pengaruh yang manusiawi (Cooper and
Sawaf, 1998). Kecerdasan emosional sendiri terbagai dalam 5 wilayah yakni
kecerdasan dalam mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri,
mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain (Goleman, 1995). Berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut, dapat ditarik suatu korelasi bahwa hal terpenting yang dibutuhkan
khalayak umum dalam networking adalah
kemampuan dalam mengenali emosi orang lain.
Sesungguhnya
keterampilan dalam memahami emosi orang lain diperoleh apabila kita telah
terbuka pada emosi diri sendiri. Namun dalam membina hubungan pertama baik
dalam pekerjaan, organisasi, atau masyarakat umum setidaknya kita harus tahu
kondisi lingkungan sekitar kita. Banyak orang mampu memahami kondisi
sekelilingnya namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya dia telah memahami emosi
orang lain juga. Kemampuan dalam memahami inilah yang harus kita asah agar
dapat kita manfaatkan untuk mewujudkan visi-visi kita.
Dengan
memahami emosi orang lain setidaknya kita akan merasa empati dengan perasaan
orang lain. Kita juga bisa memposisikan diri dihadapan lawan bicara kita. Dapat
diambil contoh, seorang karyawan hendak mengajukan kenaikan pangkat atas usaha
kerasnya dalam memasyarakatkan produk perusahaannya. Di sisi lain kondisi sang
bos sedang labil karena telah digugat cerai oleh istrinya. Apabila karyawan ini
tidak bisa membaca gesture atau
ekspresi muka bos, bukan surat promosi kenaikan pangkat bisa-bisa surat resign yang dia bawa pulang. Dari contoh
tersebut, setidaknya kita mendapat gambaran bahwa kita tidak bisa
menyamaratakan kondisi psikis diri kita dengan lawan bicara kita. Kasus lain
misalnya, dalam mengajukan proposal, surat permohonan, atau mengadakan
kerjasama hendaknya posisi kita bukan sebagai subyek bicara. Namun pancinglah
lawan bicara kita agar dia bercerita tentang pekerjaannya, perusahaannya,
isu-isu terkini, bahkan keluarganya. Hal ini terbukti efektif untuk
meningkatkan rasa kepercayaan lawan bicara kita sehingga tujuan yang akan kita
sampaikan nantinya lebih mudah diterima (Ekman,
2009).
Inilah
sebuah fase dimana kita harus terbuka akan kondisi diri dan lawan bicara kita
dalam menjalin sebuah hubungan (networking).
Dalam alam globalisasi saat ini, bukan saatnya lagi kita menutup-nutupi
kelemahan namun bagaimana cara kita mengubah kelemahan tersebut menjadi sebuah
potensi yang dapat dilihat banyak orang. Mengenali emosi orang lain dapat
dikatakan hal sederhana yang bisa dilakukan semua orang. Namun tanpa membuka
dan mengenali potensi diri sendiri, setiap orang tidak akan pernah mengenali
emosi orang lain. Dengan kata lain, memahami kondisi psikis lawan bicara
merupakan kunci utama dalam menjalin dan memperluas hubungan baik dengan
seluruh elemen masyarakat di dunia.
Harapan Baru Sebuah “Konstitusi”
Dinamika sosial sebuah lembaga merupakan sebuah keharusan sebagai wujud menjaga kelangsungan hidup lembaga tersebut. Tanpa kita sadari lembaga yang telah berdiri di atas dasar-dasar falsafah yang kuat masih dituntut untuk meng-upgrade diri agar teknis penjabaran atas falsafahnya tidak ketinggalan zaman. Dewan Perwakilan Angkatan HMTL sebagai sebuah lembaga legislatif/senat di lingkungan Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) FTSP-ITS merupakan wadah untuk menyalurkan aspirasi anggota HMTL atas kondisi AD/ART saat ini. Masih relevankah atau tidak? Setidaknya, hal tersebut yang akan terlontarkan pertama kali dalam benak kita selaku mahasiswa awam Teknik Lingkungan FTSP-ITS akan kondisi kekinian AD/ART kita.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) HMTL telah mengalami kajian selama satu bulan terakhir sebelum
diputuskan adanya amandemen atas “konstitusi” himpunan ini. Hal ini merupakan
bukti bahwa AD/ART bukanlah hal yang sakral dimana tidak dapat dilakukan perubahan
atas pasal-pasal di dalamnya. Perubahan AD/ART bukan tidak mungkin juga telah
dilaksanakan pada periode-periode sebelumnya sesuai mekanisme konstitusi dasar
yang berlaku di KM ITS pada masa itu. Sementara pada periode ini, keinginan
untuk melakukan perubahan atas AD/ART dilatarbelakangi atas dasar penyesuaian
dengan KD KM ITS sesuai hasil MUBES IV sekaligus memperbarui hal-hal teknis dan
redaksional tanpa merubah platform
yang ada agar sesuai dengan dinamika dan pemikiran mahasiswa ke depannya.
Sekarang AD/ART HMTL tengah dalam masa transit,
masa ini merupakan masa yang paling tepat untuk menunjukkan peran dan fungsi
DPA dalam HMTL. Selain melaksanakan kajian atas ketidakrelevanan AD/ART, DPA
juga dapat melakukan jajak pendapat (referendum) kepada masing-masing
perwakilan angkatan yang terdaftar sebagai anggota HMTL mengenai isu apa yang
diinginkan dibahas atau diinginkan untuk dirubah dalam AD/ART. Hal ini perlu
dilakukan mengingat kebutuhan atau kepentingan dari masing-masing anggota HMTL
berbeda. Dalam pelaksanaan amandemen, teknis pengubahan atau penggantian materi
isi/redaksional AD/ART berada dibawah tangan Tim Adhoc Revisi AD/ART secara
langsung. Namun apakah salah apabila pada masa pra-amandemen, DPA meminta
masukan dari anggota secara langsung.
Hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian
adalah dalam proses suksesi Ketua HMTL. Secara ideal, seseorang dapat
dinyatakan sebagai calon Ketua HMTL apabila telah lolos dalam uji kelayakan
yang diselenggarakan oleh KPU. Di sisi lain hal yang paling dibutuhkan oleh
seorang calon Ketua HMTL adalah dukungan (panitia pemenangan) dari anggota
HMTL. Hal inilah yang seharusnya dicantumkan secara eksplisit dalam AD/ART.
Masih berkaitan dengan suksesi, dalam AD/ART HMTL juga belum diatur mengenai
keberadaan panitia pengawas pemilu sesuai amanat MUBES IV, bagian ketiga, pasal
sembilan. Keberadaan Panwaslu dirasa penting, untuk mengimbangi kerja KPU sekaligus
terjadi distribusi peran dalam suksesi Ketua HMTL.
Hal utama yang belum sempat
disinggung dalam AD/ART adalah mengenai pola pengembangan sumber daya
mahasiswa. Dalam MUBES IV, Haluan Dasar PSDM dicantumkan dalam satu rangkap
dengan KD KM ITS, secara formalitas AD/ART yang telah diamandemen nantinya juga
harus mencantumkan mengenai pola pengembangan sumber daya mahasiswa ini.
Pencantuman ini dirasa penting agar proses kaderisasi massal terbatas yang
diterapkan di lingkungan Teknik Lingkungan FTSP-ITS dapat berjalan secara
transparan dan terarah karena memiliki kekuatan hukum yang pasti.
Inilah sebagian kecil harapan dari
amandemen AD/ART HMTL FTSP-ITS saat ini. Sebuah niat kecil perubahan dapat
menjadi awal letupan semangat mahasiswa-mahasiswi Teknik Lingkungan ITS untuk
mengibarkan bendera HMTL, baik di lingkup kampus maupun di luar, di bawah
panji-panji birunya ITS. Inilah AD/ART yang selama ini menjadi harapan baru
para penggerak HMTL. Inilah amandemen AD/ART yang siap menjadi visi para Kader
HMTL.
Progresif : Integralistik Tanpa Pasif
“Progress”,
asing memang bagi kita, orang awam, mendengar satu kata ini. Namun tahukah
anda, siklus hidup yang kita jalani selama ini semuanya tak lepas dari sebuah
progress. Secara sederhana progress dapat dikatakan sebagai sebuah kemajuan.
Apabila kita melihat sejenak kilas balik perjalanan hidup kita, kita telah
mengalami berbagai macam progress yang
tanpa kita sadari progrees itulah yang mengantarkan kita masuk dalam
gerbang kampus perjuangan, kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
sekarang.
Dalam
melewati semua progres-progress itu, sikap angkuh dan egois mulai terpupuk
dalam jati diri kita sebagai suatu ciri kepribadian. Dua sikap itu pula yang selalu terlihat lebih
menonjol di saat kita hendak meraih mimpi-mimpi yang telah kita rancang
manuskripnya. Dua sikap itu pula yang cenderung mengarahkan kita menjadi sosok
manusia arogan.
Sebenarnya
arogansi bukanlah hal buruk. Namun apakah sebuah arogansi akan membawa ke arah
perubahan yang lebih baik? Bagi kita yang menginginkan sebuah revolusi besar,
sudah pasti bahwa arogansi merupakan jalan
pintas termudah yang dapat ditempuh
dalam menyebarkan doktrin-doktrin sebuah kelompok dominasi tanpa melihat apa
dan siapa yang ada di bawah mereka. Mereka dengan mudah mengatakan “perubahan”,
namun mereka pun tak sadar bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah sebuah “kemajuan”. Paradoks
dari hal tersebut, arogansi ternyata dapat mengatasi suatu problem dengan
progress yang cepat tanpa memandang dampak selanjutnya. Namun bagi kita yang
menginginkan sebuah harmonisasi tatanan, mufakatlah yang menjadi pilihan utama.
Biarlah sebuah progress mereka nikmati dalam sebuah kerangka integrasi untuk
mewujudkan harmonisasi tatanan itu.
Meninjau
masalah integrasi, ada banyak komponen makro dalam diri kita sebagai makhluk
sosial yang dapat kita gali dan kita berdayakan untuk mewujudkan harmonisasi
diri dan bangsa. Seperti “tangguh”. Mungkin semua orang tidak pernah merasa
tangguh dalam mengahdapi masalah hidupnya saat ini, namun pernahkah kita sadar
seberapa tangguh kita saat ini, karena telah mengalahkan ratusan calon
mahasiswa baru yang hendak masuk kampus pahlawan ini.
Komunikatif
merupakan hal paling dasar dalam membangun sebuah integralistik ke depannya.
Tanpa komunikasi yang baik, maka sebuah lingkaran integrasi akan nampak rapuh dan
bisa dikatakan sebuah integrasi pasif. Jadi, komunikasi dapat dikatakan sebagai
cikal bakal dalam membangun sebuah visi. Visi merupakan kunci utama membangun
peradaban bangsa ini ke depan. Tanpa visi, kita pun juga akan semakin terjebak
dalam ranah abu-abu “arogansi”. Dari sikap visioner inilah, kita dapat mengikis
semua keberagaman untuk membentuk satu komunitas baru dengan akulturasi yang
harmonis. Apabila kita analogikan dalam kehidupan kampus, kita tidak akan
melihat seseorang berasal darimana, hitamkah, merahkah, atau hijaukah? Namun
yang kita kenal hanya satu, “Birunya ITS”.
Dengan
visi yang kuat pula maka rantai-rantai integralistik dapat terbina erat sebagai
konektor dalam menggerakan pemuda-pemudi bangsa, mahasiswa Indonesia. Inilah
generasi muda bangsa yang memiliki semangat intelektual tinggi,solutif serta
inisiatif dalam mengahadpi tantangan global bangsa. Inilah indonesia yang
bangga
Refleksi Konstitusi (MUBES IV)
Perubahan
mindset mahasiswa dari sebuah pengamat dan penuntut kebijakan menjadi agen
perubahan dan kontrol kebijakan merupakan suatu pola pikir konstruktif dalam
membina jiwa dan ruh pemuda-pemudi Indonesia sebenarnya. Kondisi ini membuat
para petinggi mahasiswa ITS ingin mewujudkan suatu pola baru yang mengandung
makna otodidak agar mahasiswa ITS nantinya tidak canggung dalam menghadapi
tantangan panggung perpolitikan yang ada di Indonesia. Melalui Konstitusi Dasar
Keluarga Mahasiswa ITS inilah, para mahasiswa, wakil-wakil dari segala jurusan
di ITS, wakil-wakil fakultas, wakil-wakil kelompok mahasiswa, wakil-wakil
lembaga minat bakat, duduk bersama menentukan pola dasar haluan organisasi
kemahasiswaan ITS kini dan nanti.
Musyawarah
Besar ke-IV dipilih sebagai jalan utama menampung aspirasi seluruh mahasiswa
dalam menentukan haluan dasar ormawa ITS. Sebelas september dua ribu sebelas,
KD KM ITS resmi disahkan dan diundangkan. Inilah tonggak sejarah baru bagi
mahasiswa yang telah haus akan perubahan, yang telah lapar untuk menyuarakan
suara masyarakat kecil diluar sana. Melalui pola kaderisasi yang telah
direkontruksi, diharapkan kader-kader biru ITS mampu mengemban amanah rakyat
Indonesia serta menjunjung harkat dan martabat mahasiswa.
Inilah KD
KM ITS kita. Tidak hanya berisi paparan visi, misi, atau organisasi namun juga
mengemban amanah kaderisasi. Ini pula yang harus kita lanjutkan. Melanjutkan
perjuangan para kader-kader ITS terdahulu dalam menciptakan sistem dan
mengembangkan sistem tersebut menuju mahasiswa yang benar-benar bisa
“berdikari”.
Selasa, 08 Mei 2012
EARTH WEEK 2012 | HMTL ITS
TUGU PAHLAWAN, 17 APRIL 2012
Pra Pembukaan Earth Week 2012
================================================
Pembukaan Earth Week 2012
BLH Surabaya, Astra, Oto Point, Dekan FTSP, Kajur TL, HMTL
================================================
Uji Emisi Gratis + Pembagian Voucher Nonton 21 Gratis
================================================
Orasi Hari Bumi
================================================
Langganan:
Postingan (Atom)